Monday, July 23, 2007

rumah-1

sebuah rumah lumayan besar ukurannya.
ada di sebuah daerah di tengah kota tapi juga bukan di tempat yang benar-benar di pusat kota.
designnya model huruf U.
bagian tengah yang kosong dijadikan garasi mobil dan motor
kamarnya ada empat.

rumah yang dari sejarahnya adalah rumah sitaan dari seorang terpidana korupsi.
ayah yang waktu itu menjabat sebagai jaksa diserahi rumah itu untuk ditinggali.
sama sekali bukan rumah dari hasil membeli atau kolusi.
rumah sederhana di samping sebuah masjid dan kali.

disanalah aku lahir.
ibu kontraksi dari jam 5 sore tapi aku baru muncul jam 10 malam.
perjuangan yang melelahkan dengan hasil yang sangat sesuai harapan.
anak perempuan pertama [yang kemudian menjadi satu-satunya]seperti keinginan ayah, ibu dan kk laki-lakiku.
satu-satunya kelahiran yang ditunggui ayah dari 7 anak ayah dan ibu.
keistimewaan tersendiri.

banyak momen berarti di rumah itu.
merasakan pukulan rotan ayah karena kebandelanku [setelah itu ayah kapok tak pernah lagi ringan tangan padaku]
di rumah itu aku kecil masih sering minum susu setiap bangun pagi, belum gosok gigi [tapi entah kenapa sekarang jadi sangat benci susu].
di rumah itu setiap sabtu ayah pulang dari surabaya, dan setiap terdengar suara mobilnya, aku dan adik-adikku berlarian ke luar rumah menyambut ayah. pernah suatu waktu aku tarawih di masjid samping rumah, tapi karena dengar mobil ayah langsung keluar dari masjid dan menyambut kepulangan ayah.

di rumah itu sering orang-orang datang ke rumah untuk menonton video karena kami termasuk yang pertama kali punya pemutar video-nya kala itu.
di jalan depan rumah itu aku jatuh pada malam takbiran, sepertinya aku masih kelas dua SD. jatuh karena lari pakai sandal ayah yang kebesaran di kakiku, lutut ku berdarah, tak bisa sholat keesokan harinya di hari fitri kala itu.
di parit depan rumahku adikku jatuh karena ditabrak sepeda yang remnya blong, dagunya berdarah dan harus dijahit beberapa jahitan pun meninggalkan bekas.
di kamar depan rumah itu, kamar kk ku, tempat dia menggambar samurai besar warna hitam di dindingnya membuat ku selalu takut setiap ke kamarnya.
di kamar kk ku pula aku sering merusakkan barang-barangnya, kaset, gitar, buku, dan berlari ke arah ibu jika dia marah. berlindung pada ibu.
di dapur rumah itu pertama kali aku marut kelapa dan tangan ku tergores membuat sedikit trauma.
di kamar ibu aku hampir kehilangan darah karena jari tengah yang dipasangi cincin, salah satu bagiannya masuk ke dalam daging jari ku [karena ulahku sendiri yang sering menekan2 cincin itu tujuannya sih supaya ga lepas]

sering main dan mandi di sungai sebelah masjid [sembunyi-sembunyi].
sering ikut ibu mencuci di sungai sambil main2 kalau air pam di rumah mati.
sering diajak kk-kk ku main di sungai, yang kalau kelamaan pasti mereka dimarahi ibu atau ayah [kalau ayah ada di rumah].


sekarang rumah itu sudah tak kami tinggali lagi
sudah lebih bagus
sudah dicat dan dipermak
dan sudah dikontrakkan ke orang lain
orang lain juga merawatnya dan apik terhadapnya.

kangen rumah itu...dan masa-masa kecilku...ketika semuanya masih lengkap...

2 comments:

imong said...

Ni rumah yg dimana? Bwi? :-)

boeng@ said...

nope

before banyuwangi
which is called -> situbondo

;>