Thursday, July 13, 2006

cerpen

Kadang-kadang barang pemberian seseorang yang sangat berarti buat kita juga punya makna yang lebih sangat berarti lagi, hanya sayangnya kita baru menyadarinya saat orang tersebut sudah "pergi", tinggallah penyesalan yang dalam.

Cerpen di bawah ini mungkin salah satu intinya adalah yang aku tulis di atas tadi. Yang pasti cerpen ini diangkat dari kisah nyata. Maaf kalo cara menuliskannya agak kaku, masih belajar nii......... ;)

Enjoy..............................................

---------------------------------------------------------------------------------------------------

April, 28th 2006

"Kailaaa....Kaiii....!!"

"Kaii...! Kaii!" duh kemana sih ni anak, dipanggilin dari tadi kok ngga nyahut? Ya udah deh langsung masuk kamarnya aja. Hmm...ditaro dimana ya cd map-jakarta yang dia pinjam kemarin? Kaila...Kaila...kamar anak cewek kok ngga rapi gini sih? Pantesan ibu ngomel melulu. Ditaro dimana yaa....?

Brukk. Eh, ini kan bantal hati yang Ina kasih buat aku. Hhgghh...apa kabarmu disana hun? Kangen banget sama kamu. Duh..jadi mellow gini. Udah ah. Taro dulu.

Tiba-tiba-trrek...-aku dengar seperti suara rekaman diputar.

"Kakak...adek cuma mo bilang, adek sayang banget sama kakak. Maafin adek kalo selama ini sering bikin kakak marah. Adek ngga bermaksud begitu. Maafkan juga kalo kedatangan kakak hari ini malah disambut dengan pengusiran dan pemutusan. Ketahuilah bahwa adek juga sangat tidak menginginkan ini. Adek sayang banget sama kakak."

"Kakak...lewat rekaman di bantal hati ini, adek mo ngasih tahu kakak alasan kenapa adek bersikap seperti itu ke kakak. Kak...hidup adek mungkin tidak akan lama lagi. Kenapa? Karena adek punya penyakit yang sampai sekarang belum ada obatnya. Penyakit adek ini emang agak parah kak. Kanker otak. Makanya itu kenapa adek sering ngeluh pusing."

"Hgghhh...sekarang dan dari hari ke hari penyakit adek makin parah kak. Adek ngga tau sampai kapan akan bertahan. Singkat aja ya kak, kepala adek udah mulai sakit lagi nih...sebaiknya kakak cari yang lain, yang lebih cantik, lebih sehat, dan lebih dari segalanya dari adek. Semua ini nyakitin adek tapi harus adek lakukan karena semuanya hanya untuk kebahagiaan kakak. Adek akan selalu sayang dan cinta sama kakak."

"Oya sekalian adek mo pamitan kak, mo menghabiskan mungkin hari-hari terakhir adek di suatu tempat. Jadi kakak jangan cari adek ke rumah ya. Terakhir...maafin adek sekali lagi. Adek selalu cinta sama kakak!"

---

April, tanggal yang sama, 2003

"Udah, Ibu bilang sama kak Bram, dia pulang aja. Ina ngga mau ketemu sama dia. Terus sekalian kasihin bantal hati ini ke dia"

"Tapi Ina, ngga baik begitu. Dia datang juga buat ketemu kamu, mo ngucapin selamat ultah, dia juga bawa kado buat kamu, masa tega kamu usir dia?"

"Iiibbuuu....pleaseee....kepala Ina mulai sakit lagi nih.... Ina udah ngga mau ketemu lagi sama dia. Setelah ini, jangan dia datang atau telpon atau nyari Ina lagi, bilangin Ina mo putus."

"Ah ngga mau ibu ngomong itu ke dia. Kamu sendiri aja yang ngomong"
"Please ibu...ini semua demi kebaikan kak Bram dan Ina juga. Mau ya bu...., please!!"

--

"Nak Bram, maaf Ina bilang dia ngga mau nemuin nak Bram. Dia titip ini, sama dia bilang......" belum selesai ibu Ina ngomong langsung aku potong, aneh sekali Ina hari ini.

"Ina kenapa bu, kok tiba2 ngomong begitu? Terus apalagi yang dia bilang bu? Kok ibu ragu gitu?"

"Hgghhh...............", lagi-lagi beliau cuma menghela nafas dan diam sejenak. Aku makin penasaran ada apa dibalik sikap Ina yang aneh ini. Kemudian agak berbisik beliau mulai bicara
maaf ya kalo nak Bram sakit hati. Jadi tadi Ina bilang katanya dia pengen putus, demi kebaikan kalian berdua... ."

Aku termangu, diam, tak percaya, bingung harus komentar apa.

Terbata-bata, beliau lanjutkan lagi, "Nak Bram maafin Ina yaa... mungkin cepat atau lambat nanti nak Bram akan dapat juga jawaban dari semua ini. Terus nak Bram ibu minta jangan dendam. Percayalah keputusan ini juga sangat berat buat Ina. Ibu tahu betul betapa dia sayang dan cinta sekali sama nak Bram"

-

April, masih tanggal yang sama, 2006

Ya Tuhan, jadi ini jawaban dari semua pertanyaan ku selama ini. Adek...kenapa harus seperti ini? Setelah adek pergi tiga tahun baru kakak tau semuanya... Kenapa adek ngga bilang ada rekaman adek di bantal ini? Adek...kakak kangen....

Kaila masuk ke kamarnya dan mendapati kakaknya termangu sambil memandang bantal hati merah muda itu.

"Mas...Mas Bram kenapa? Mas baik2 aja? Kangen sama mba Ina? Mas...jawab dong...jangan diam aja......!!"

You don't know what you've got till it's gone........

2 comments:

Anonymous said...

nice... :)
alur ceritanya maju-mundur-maju kayak pulp fiction yak...? :P

boeng@ said...

;) iya.....
pulp itu bukannya bubur kertas? :p
masih cetek, perlu berguru lagi sama pak kw buat belajar nulis... :p